Cahayalampung.com–Tidak disangka Wida Saptarina, Direktur Utama Foodbank of Indonesia (FOI) yang berbagi pengalaman di depan pengurus PWI Peduli dan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) membuka rahasia gerakan sosial yang dia bangun.
Wida berbagi pengalaman di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Senin, 9 September 2019. Hadir dalam acara ini, antara lain Ketua IKWI Pusat Indah Kirana, dan Ketua PWI Peduli Pusat M. Nasir dan para pengurus PWI Peduli lainnya.
Wida bercerita bagaimana organisasi sosialnya membangun jaringan kerja yang selama ini tidak diketahui banyak orang. Foodbank of Indonesia atau Yayasan Lumbung Pangan Indonesia yang ia dirikan bersama suaminya, secara rutin memasok pangan kurang lebih 11.000 orang yang sangat membutuhkan tiap hari. Pangan itu darimana?
Pangan dengan aneka rupa itu diperoleh dari banyak jaringan perusahaan yang diajak bekerja sama, seperti pasar swalayan.
Sekarang ini, lanjut Wida, FOI memiliki 11.000 nasabah/penerima pangan yang biasa diberikan makan setiap hari. Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Transmart Carrefour dan beberapa hotel atau tempat acara yang biasa menggelar wedding party.
Di pasar swalayan itu biasanya setiap bulan mengeluarkan bahan pangan atau makanan yang hampir kedaluwarsa, tetapi bukan basi, masih layak dimakan. Makanan inilah yang ditampung dan selanjutnya untuk dibagi-bagikan oleh relawan FOI. Tetapi semua makanan itu disortir terlebih dulu, kalau sudah tidak layak dimakan, pasti tidak didistribusikan.
Begitu pula di hotel-hotel yang banyak menyelenggarakan acara, banyak makanan berlebih. Daripada dibuang, lebih baik makanan itu ditambung dan didistribusikan kepada masyrakat yang membutuhkan.
Di belakang gedung-gedung tinggi di jalan protokol Jakarta, banyak rumah padat penduduk yang masih tergolong kumuh dan warganya membutuhkan makanan yang layak. Makanan yang dari hotel dan pasar swalayan, termasuk buah-buahan disalurkan di kawasan padat penduduk.
Soal distribusi ke 11.000 orang FOI punya dua kendaraan untuk operasional dan relawan-relawan yang siap bekerja menyalurkan pemberian pangan tersebut demi menjawab kebutuhan oang-orang yang membutuhkan pangan, lansia, dan anak-anak dari kalangan yang kurang beruntung secara ekonomi. Ini juga bisa dilakukan bekerja sama dengan jaringan PWI Peduli di berbagai daerah.
Namun Wida menuturkan, FOI belum punya gudang penyiman poduk dalam jumlah besar. “Tempat makanan ini harus aman. Sekarang ini penyortiran makanan tetap dilakukan, tetapi tetap aman.
Makanan yang diberikan dicoba lebih dulu. Utamanya, yang berasal dari wedding party, harus benar-benar diperiksa keamaannya. FOI punya kemasan packaging yang terpecaya, boks-boks yag berisikan es di dalamnya.
Terkait dengan CSR perusahaan, Wida menuturkan, kita harus mendisain program yag berkelanjutan dan memenuhi bisnis sosial perusahaan yang punya dana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, sehingga bisa terjalin kerja sama yang diinginkan.
Limbah Sampah
Wida Septarina menuturkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan bahwa makanan yang terbuang mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Dan, seperempat dari makanan yang terbuang itu cukup untuk memberi makan 870 juta orang kelaparan di dunia.
Ini fakta mengejutkan terkait limbah sampah yang dihasilkan di seluruh dunia. Di Indonesia, limbah sampah merupakan permasalahan besar. Misalnya, produksi sampah di Provinsi DKI Jakarta. Menurut Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, setiap harinya ada 7.500 ton sampah yang diangkut, dan sekitar 54 persen dari sampah itu adalah sampah makanan yang sudah dikonsumsi maupun saat diproduksi. Lebih parah lagi, Indonesia menempati urutan kedua setelah Arab Saudi paling besar membuang makanan di dunia, padahal masih banyak yang kelaparan.
“Melihat hal itu, saya, dan beberapa teman membangun Foodbank of Indonesia ingin supaya distribusi makanan tersebar merata sehingga tidak ada orang kelaparan, “ tutur Wida.
FOI merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang pangan, didirikan Wida Septarina dan suaminya, Hendro Utomo, pada 21 Mei 2015. Tujuannya supaya tidak ada lagi orang yang mengalami kelaparan dan gizi buruk. FOI ingin membantu mengatasi kesenjangan pangan dan menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan makanan dengan masyarakat yang membutuhkan.
Misi organisasi adalah menciptakan akses pangan yang lebih adil bagi masyarakat dan fakir miskin, memerangi kurang gizi pada anak-anak, dan membantu meningkatkan produktivitas perempuan petani dan nelayan. Untuk mencapai tujuan itu, FOI bekerja sama dengan pengusaha makanan, seperti BreadTalk, Sunpride, dan sebagainya, yang rutin memberikan donasi berupa produk yang nantinya disebarkan ke masyarakat yang membutuhkan. (red).